Skip to main content

Featured

DIY: Easy Pop Up Birthday Card

Illustrated by Iim Nisak Few weeks ago I received a present from my friend. It's an amirugumi doll that she made by herself. It felt different receiving a bought present and a handmade present. Of course I'm grateful for both presents. But I feel more loved and appreciated because my friend put so much efforts in making the present for me. A special customize present just for me. So, here I'm gonna make birthday card for my friend. It's very simple that even a beginner can make it. Although it's simple, of course it's still contained much love from us. Prepare the tools and materials below: 1. Cardstock size 19 cm x 31 cm 2. Cardstock size 21 cm x 33 cm 3. Origami paper 4. Ruler 5. Pen 6. Glue 7. Scissor Fold the cardstock size 19 cm x 31 cm into half and draw the pattern. Cut the 1st level, fold it upward, then fold it inside. When you open the paper, you'll see the 1st level pop up. Cut the 2nd level. IMPORTANT: only cut the upper part of the paper. Fold i...

Misteri Aroma Melati


Illustrated by Iim Nisak


Ini pertama kalinya aku datang ke Jakarta. Sebenarnya aku tidak suka bepergian jauh apalagi sampai menginap. Tetapi besok pagi aku ada wawancara kerja, jadi aku harus datang ke Jakarta. Beruntung ada teman baikku menawari untuk menginap di kontrakannya.

“Cuma ada tiga orang tinggal di kontrakan ini. Aku, Titan, dan Kak Rania. Jadi, kamu santai saja. Anggap rumah sendiri” kata Yuta saat kami sampai di kontrakannya.

Rumah satu lantai ini tidak besar. Saat masuk, langsung terlihat ruang tamu yang juga digunakan sebagai tempat menonton tv, 3 kamar berjajar di sebelah kanan, dapur dan kamar mandi yang ada di ujung rumah.

Aku langsung merebahkan badanku begitu masuk ke kamar Yuta. Perjalanan Semarang – Jakarta dengan kereta api membuatku cukup lelah. Ditambah aku sedikit nervous dengan wawancaraku besok pagi. Ini wawancara terakhirku sebelum akhirnya aku benar-benar diterima bekerja di perusahaan ini. Wawancara penentu.

Aku memejamkan mata dan menghela napas pelan berusaha menenangkan pikiranku sambil menikmati empuknya kasur Yuta. Menghela napas pelan. Menarik napas pelan.

“Kamu mencium aroma melati nggak, Ta?” kataku tiba-tiba sampai membuka mata karena terkejut.

Nggak” jawab Yuta.

“Kamu jangan aneh-aneh ya, Ti” kata Yuta mengingatkan.

“Kamu mandi sana! Kamu bertemu banyak orang, pasti mencium banyak aroma juga, sampai menempel ke sini” kata Yuta lagi.

Aku beranjak bangun saat aku sudah tidak mencium lagi aroma melatinya. Setelah mengambil alat mandi dan baju ganti, aku berjalan ke kamar mandi yang berada di luar kamar Yuta. Aku melihat ada seorang perempuan berdiri di pojokan dapur yang berada tidak jauh dari kamar mandi.

"Permisi Kak, saya Gusti. Temannya Yuta" kataku menyapa perempuan itu.

"Iya" jawab perempuan itu tanpa menoleh ke arahku.

Aku pun berlalu menuju kamar mandi. Saat akan masuk ke kamar mandi, aku kembali mencium aroma melati. Kali ini aromanya lebih pekat daripada aroma di kamar Yuta. Aku melihat ke sekeliling kamar mandi, tidak ada benda yang memiliki aroma melati di situ. Aku menoleh ke dapur ke arah perempuan tadi berdiri dan dia sudah tidak ada di sana.

“Mungkin dia sudah selesai buat kopi, jadi dia sudah kembali ke kamarnya, Ti” kataku dalam hati berusaha menenangkan diri sambil mengelus-elus dadaku. Aku buru-buru masuk kamar mandi dan menutup pintunya. Aroma melatinya pun langsung menghilang.

"Teman kontrakanmu yang rambutnya panjang, namanya siapa Ta?" tanyaku pada Yuta saat aku sudah selesai mandi.

"Kak Rania. Kenapa?"

"Nggak apa-apa, cuma tanya " jawabku.

“Berarti perempuan tadi Kak Rania. Aku nggak perlu berpikiran macam-macam” kataku dalam hati.

---

Aku terbangun dari tidurku dan kembali mencium aroma bunga melati. Aku merasa ada orang berdiri di ujung kasur memandangiku. Aku belum sepenuhnya sadar, jadi aku tidak melihatnya dengan jelas. Hanya terlihat orang berambut panjang berbaju putih itu menghadap ke arahku. Aku beberapa kali mengedipkan mata untuk menghilangkan kantuk. Aku juga memicingkan mata agar lebih bisa fokus melihat.

"Oh Kak Rania, ya" kataku dalam hati melihat sosok yang sama seperti yang aku lihat di dapur.

Aku pun sedikit tersenyum hendak menyapa. Perempuan itu juga tersenyum. Rambutnya yang berantakan sedikit tersibak sehingga wajahnya semakin terlihat. Wajahnya gelap dengan mata merah melotot. Darah mengalir dari pelipis kanannya.

"Dia bukan Kak Rania!" jeritku dalam hati. Aku berusaha bangun, tetapi tubuhku tidak bisa aku gerakkan. Aku hanya bisa melihat saat perempuan itu berusaha mendekat dan meraih kakiku.

"Aaaaaaaaaaaaaagghhhhhhh!" aku berteriak sekuat yang aku bisa. Tetapi suaraku sama sekali tidak keluar.

"Aaaaaaaaaaaaaagghhhhhhh!" aku kembali berteriak dan berhasil! Aku terbangun. Aku membuka mataku. Nafasku terengah-engah. Aku berkeringat.

"Kamu kenapa, Ti?" tanya Yuta panik mendengar aku berteriak dalam tidurku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku masih bingung. Aku melihat ke arah ujung kasurku. Tidak ada apa-apa di situ. Ternyata hanya mimpi. Tetapi itu terasa sangat nyata.

“Ada apa di rumah ini, Ta?” aku balik bertanya ke Yuta.

“Ada apa bagaimana? Nggak ada apa-apa, Ti. Kalau ada apa-apa, aku nggak mungkin ajak kamu tidur di sini” jawab Yuta.

“Aku mencium aroma melati dari kemarin. Di mimpiku juga. Bahkan sekarang pun aku mencium aroma melati. Ada perempuan penuh darah mendatangiku, Ta” kataku panik.

"Kamu mimpi buruk lagi?" tanyanya sambil memegang pundakku. Berusaha menenangkanku.

Yuta sudah hapal kebiasaanku. Aku memang sering bermimpi seperti ini. Apalagi di tempat yang baru aku datangi. Jika aku mencium aroma melati, malam harinya akan ada yang mendatangiku dalam mimpi. Sering kali, yang mendatangiku adalah penunggu tempat itu atau arwah yang meninggal karena kejadian yang tidak menyenangkan. Ini salah satu penyebab aku tidak suka bepergian sampai menginap.

“Pasti pernah terjadi sesuatu di sini, Ta” kataku yakin.

"Setahuku nggak pernah terjadi apa-apa di sini, Ti. Rumah ini belum lama dibangun. Sebelumnya tanah kosong” kata Yuta.

“Sudah, nggak apa-apa. Sudah pagi kok. Kamu mandi deh, terus siap-siap" kata Yuta lagi.

---

Aku bersyukur proses wawancaraku berjalan lancar dan tidak terpengaruh oleh kejadian di kontrakan Yuta. Aku memutuskan untuk mempercepat kepulanganku ke Semarang. Aku tidak mau menginap di sana lagi. Kalau aku tetap menginap di sana, perempuan itu pasti akan mendatangiku lagi. Malam ini aku akan pulang ke Semarang. Aku hanya perlu kembali ke kontrakan Yuta untuk mengambil barang-barangku.

“Aku cuma perlu mandi sambil menunggu dijemput Yuta” kataku setelah selesai memasukkan barang-barang ke dalam koper. Tadinya Yuta akan mengantarku ke stasiun dengan motornya. Tetapi karena hujan dari tadi siang, Yuta bilang dia akan meminjam mobil dari temannya. Jadi dia memintaku untuk menunggu sebentar di kontrakan.

"Lho kamu sudah pulang, Ta" kataku saat membuka pintu kamar Yuta setelah selesai mandi.

Yuta duduk di kasur dengan wajah ketakutan. Aroma melati tercium sangat kuat dari dalam kamar Yuta. Dia mengisyaratkan dengan tangannya agar aku berhenti di pintu dan tidak masuk ke kamar. Kemudian tangannya beralih menunjuk ke bawah kasur.

"Ada sesuatu di bawah kasur" itu yang seolah-olah ingin dikatakan Yuta padaku. Tetapi dia terlalu takut sampai tercekat dan hanya bisa mengisyaratkan dengan tangan dan ekspresi wajahnya.

Aku pun berjongkok dan memberanikan diri melihat apa yang ada di bawah kasur. Aku terkejut karena aku melihat Yuta tengkurap menangis ketakutan di kolong kasur. Aku kembali melihat ke atas kasur. Masih ada Yuta di situ. Di bawah kasur pun, ada Yuta di situ. Kedua Yuta menangis ketakutan seolah minta tolong tetapi juga ingin agar aku tidak mendekat.

"Apa aku bermimpi lagi? Kenapa ada dua Yuta di sini?" kataku dalam hati.

Semakin aku memperhatikan mereka, wajah mereka terlihat semakin gelap. Mata mereka semakin merah. Darah bercucuran dari wajah hingga badan mereka. Perlahan mereka beranjak dari posisinya. Yang satu turun dari atas kasur. Yang satu merangkak keluar dari kolong kasur. Kemudian berjalan berdua mendekatiku.

Aku langsung lari keluar dari rumah itu. Tidak peduli sedang hujan deras. Tidak peduli aku hanya memakai tank top dan celana pendek tanpa alas kaki. Aku berlari sambil berteriak dan menangis histeris. Sejauh yang aku bisa.

---

Aku kembali terbangun.

"Apakah aku bermimpi lagi?" tanyaku dalam hati.

Aku melihat ke sekeliling. Semuanya terlihat asing. Aroma melati masih tercium dengan kuat.





Kolaborasi Cerita Horor
1. Tabir Nuraini
2. Sampaikan Salam Sayangku Bagian I
3. Mencoba Eksis 
4. Kembar 
5. Pathok 
6. Jangan Bermain Denganku Bagian I 
7. Cerita Horor Anak Kost
8. Rumah No 1 
9. Gazebo Bambu Tua 
10. Penghuni Yang Tak Diundang 

Comments

  1. Padahal ya mbak.. wangi melati itu biasanya sosoknya baik dan bagus. Nggak apa2 itu.. kalau baunya anyir darah dan busuk itu yg kudu hati2.. biasanya jahat..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah baru tahu! Bisa dijadikan bahan untuk next cerita

      Delete
  2. Bagus.. enak dibaca ampe ikut2an jongkok aku ni .😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahah! Yeaayy! Terima kasih sudah baca Kak!

      Delete
  3. Duh Yuta! terima kasih untuk ceritanya, mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak. Terima kasih juga sudah menyempatkan untuk datang membaca.

      Delete
  4. Ceritanya enak dibaca Mbak Im.. keren. Tapi gambar ilustrasinya too cute untuk cerita horror.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak! Ahaha iyaa, untuk ilustrasinya dibuat bertema dan seragam dengan postingan yang lain. Lagi cari ide juga, biar ilustrasinya bisa seragam, tetapi tetap bisa menggambarkan isi tiap ceritanya.

      Delete
  5. Nah lo, bangun di mana kamu Yuta...? Bikin penasaran aja. Suka deh sama ceritanya.

    ReplyDelete
  6. Toloonnggg.... aku takuuuttt 😱

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi semoga tidak sampai terbawa mimpi ya, Mbak!

      Delete
  7. Merinding juga bacanya. Keren ceritanya mbak 👍

    ReplyDelete
  8. keren lho ceritanya..sepertinya ada sambungannya yah? atau endingnya twist begitu? seru sich..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Memang dibuat seperti itu endingnya Mbak, sedikit menggantung. Nanti kalau sudah ada ide, mau buat cerita horor lagi. Bisa menyambung atau cerita baru.

      Delete
  9. Joss. Bikin begidik ceritanya. Lanjuuut..

    ReplyDelete
  10. Deskriptif banget..gue bener2 kebayang ruangan and visual berjalannya cerita. Kerennn (dan agak takut bacanya) 🤠

    ReplyDelete
  11. ilustrasi di postnya mbak iim cantik2 banget ^^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts